Masa
berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering and hunting period) adalah
masa dimana cara manusia purba mengumpulkan makanan-makanan yang dibutuhkan
mereka untuk bertahan hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan yang
tersedia dari alam (sungai, danau, laut, dan hutan-hutan yang ada di sekitar
tempat bermukim mereka pada saat itu). Mereka hidup dengan cara berpindah
pindah (nomaden).
Pada masa berburu dan
mengumpulkan makanan, sungai memiliki peran yang penting, yaitu dengan cara
menyusuri sungai mereka bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain untuk
mencari makanan. Namun, pada masa ini belum dikenal alat pelayaran sungai.
Masa
Berburu dan Mengumpulkan makanan terjadi pada masa Paleolithikum (zaman batu
tua), yang berbarengan dengan kala Pleistosen yang terjadi sejak 2 juta tahun
yang lalu. Masa berburu dan mengumpulkan makanan berlangsung selama 600.000
tahun
Pada masa berburu dan mengumpulkan
makanan mereka belum mengenal cara memasak makanan, karena mereka belum
mengenal bagaimana menggunakan periuk belanga, yang dibuktikan dari
peninggalan- peninggalan mereka. Untuk memasak makanan diperlukan api, namun
kita belum mengetahui dengan pasti sejak kapan manusia praksara mulai
menggunakan api dalam kehidupannya. Api mula-mula dikenal dari gejala alam,
misalnya percikan gunung berapi, kebakaran hutan yang kering ditimbulkan oleh
halilintar atau nyala api yang bersumber dari dalam bumi, karena mengandung
gas. Secara lambat laun mereka dapat menyalakan api dengan cara menggosokkan
batu dengan batu yang mengandung unsur besi, sehingga menimbulkan percikan api.
Percikan-percikan api ditampung dengan semacam lumut kering, sehingga terjadi
bara api.
Dalam
masa prasejarah Indonesia, corak kehidupan dengan cara berburu dan mengumpulkan
makanan (food gathering) dibagi menjadi dua masa, yaitu :
1.
Masa
berburu dan mengumpulkan atau meramu makanan tingkat sederhana.
2.
Masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut.
- Masa berburu dan mengumpulkan atau meramu makanan tingkat sederhana.
Pada
awalnya manusia purba hidup di padang terbuka. Alam sekitarnya merupakan tempat
mereka mencari makanan. Mereka hidup berkelompok, tinggal di gua-gua atau
membuat tempat tinggal di atas pohon besar. Manusia yang tinggal di gua-gua
dikenal sebagai cavemen (orang gua). Dengan demikian, mereka sangat bergantung
pada kebaikan alam. Mereka cenderung pasif terhadap keadaan.
Kehidupan di dalam gua-gua pada masa ini
menghasilkan lukisan-lukisan pada dinding-dinding gua yang (kemungkinan besar)
menggambarkan kehidupan sosial-ekonomi mereka. Lukisan-lukisan pada dinding gua
lain berupa cap tangan, babi dan rusa dengan panah dibagian jantungnya, gambar
binatang melata, dan gambar perahu. Lukisan dinding gua antara lain ditemukan
di Sulawesi Selatan, Irian Jaya, Kepulauan Kei, dan Pulau Seram.
Keadaan
Sosial Kondisi alam sangat berpengaruh terhadap sifat dan fisik makhluk hidup
tanpa kecuali manusia. Pola kehidupan manusia yang primitif sangat
menggantungkan hidupnya pada ketersediaan alam, di mana daerah-daerah yang
didiami harus cukup untuk memenuhi kebutuhannya, untuk kelangsungan hidup
terutama di daerah yang cukup persediaan air.
Temuan
artefak pada Zaman Palaeolitikum menunjukkan bahwa manusia Pithecanthropus
sudah mengenal perburuan dan menangkap hewan dengan cara yang sederhana. Hewan
yang menjadi mangsa perburuan adalah hewan yang berukuran besar, seperti gajah,
sapi, babi atau kerbau. Saat perburuan, tentu diperlukan adanya kerja sama
antarindividu yang kemudian membentuk sebuah kelompok kecil. Hasil buruannya
dibagikan kepada anggota-anggotanya secara rata.
Adanya
keterikatan satu sama lain di dalam satu kelompok, yang laki-laki bertugas
memburu hewan dan yang perempuan mengumpulkan makanan dan mengurus anak. Satu
kelompok biasanya terdiri dari 10 – 15 orang. Pada masa ini, manusia tinggal di
gua-gua yang tidak jauh dari air, tepi pantai dan tepi sungai. Penangkapan ikan
menggunakan mata panah atau ujung tombak yang berukuran kecil. Temuan-temuan
perkakas tersebut antara lain kapak Sumatera (Sumatralith), mata panah,
serpih-bilah dan lancipan tulang Muduk. Ini menunjukkan adanya kegiatan
perburuan hewan-hewan yang kecil dan tidak membutuhkan anggota kelompok yang
banyak atau bahkan dilakukan oleh satu orang.
Dalam
kehidupan berkelompok, satu kelompok hanya terdiri dari satu atau dua keluarga.
Budaya dan alat yang dihasilkan Mereka mulai membuat alat-alat berburu, alat
potong, pengeruk tanah, dan perkakas lain. Pola hidup berburu membentuk suatu
kebutuhan akan pembuatan alat dan penggunaan api. Kebutuhan ini membentuk suatu
budaya membuat alat-alat sederhana dari batu, kayu, tulang yang selanjutnya
berkembang dengan munculnya suatu kepercayaan terhadap kekuatan alam. Diduga,
alat-alat ini diciptakan oleh manusia pithecanthropus dari zaman Paleolitikum,
misalnya alat-alat yang ditemukan di Pacitan.
- Masa berburu dan mengumpulkan makanan atau meramu makanan tingkat lanjut.
Menurut
H.R. von Heekeren dan R.P. Soejono, serta Basuki yang melakukan penelitian tahun
1953-1954, kebudayaan Pacitan merupakan kebudayaan tertua di Indonesia. Pada
masa berburu dan meramu tingkat lanjut, ditemukan alat-alat dari bambu yang
dipakai untuk membuat keranjang, membuat api, membuat anyaman dan pembakaran.
Selain
di Pacitan, temuan sejenis terdapat pula di Jampang Kulon (Sukabumi), Gombong,
Perigi, Tambang Sawah di Bengkulu, Lahat, Kalianda di Sumatera Selatan,
Sembiran Trunyan di Bali, Wangka, Maumere di Flores, Timor-Timur (Timor Leste),
Awang Bangkal di Kalimantan Timur, dan Cabbenge di Sulawesi selatan.
Hasil-hasil
kebudayaan yang ditemukan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan antara
lain:
§ Kapak perimbas : tidak memiliki
tangkai dan digunakan dengan cara digenggam; diduga hasil kebudayaan
Pithecanthropus Erectus. Kapak perimbas ditemukan pula di Pakistan, Myanmar,
Malaysia, Cina, Thailand, Filipina, dan Vietnam.
§ Kapak penetak : bentuknya hampir sama
dengan kapak perimbas, namun lebih besar dan masih kasar; berfungsi untuk
membelah kayu, pohon, bambu; ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia.
§ Kapak genggam : bentuknya hampir sama
dengan kapak perimbas dan penetak, namun bentuknya lebih kecil dan masih
sederhana dan belum diasah; ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia;
digenggam pada ujungnya yang lebih ramping.
§ Pahat genggam : bentuknya lebih kecil
dari kapak genggam; berfungsi untuk menggemburkan tanah dan mencari ubiubian
untuk dikonsumsi.
§ Alat serpih atau flake : bentuknya
sangat sederhana; berukuran antara 10 hingga 20 cm; diduga digunakan sebagai
pisau, gurdi, dan penusuk untuk mengupas, memotong, dan menggali tanah; banyak
ditemukan di goa-goa yang pernah ditinggali manusia purba.
§ Alat-alat dari tulang : berupa
tulang-belulang binatang buruan. Alat-alat tulang ini dapat berfungsi sebagai
pisau, belati, mata tombak, mata panah; banyak ditemukan di Ngandong.
- Sistem Kepercayaan Masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan
Penemuan
akan kuburan primitif merupakan bukti bahwa manusia berburu makanan ini telah
memiliki kepercayaan yang bersifat rohani dan spiritual. Masyarakat zaman ini
menganggap bahwa orang yang telah mati akan tetap hidup di dunia lain dan tetap
mengawasi anggota keluarganya yang masih hidup.
Adanya
penggunaan alat-alat berburu dari alam menimbulkan kepercayaan akan adanya
kekuatan alam yang dianggap telah membantu keberhasilan berburu. Adanya seni
lukis di gua-gua yang menceritakan tentang kejadian perburuan, patung dewi
kesuburan dan penguburan mayat bersama alat-alat berburu, merupakan suatu bukti
tentang adanya kepercayaan primitif masyarakat purba. Orang yang meninggal saat
berburu harus diberi perhargaan dalam bentuk rasa penghormatan.
Temuan
lukisan di dinding-dinding gua menunjukkan adanya hasrat manusia purba untuk
merasakan suatu kekuatan yang melebihi kekuatan dirinya. Lukisan dibuat dalam
bentuk cerita upacara penghormatan nenek moyang, upacara kesuburan, perkawinan,
dan upacara minta hujan, seperti yang terdapat di Papua. Lukisan-lukisan lain
yang ditemukan antara lain lukisan kadal di Pulau Seram yang menggambarkan
penjelmaan roh nenek moyang, gambar manusia sebagai penolak roh-roh jahat,
serta gambar perahu yang melambangkan perahu bagi roh nenek moyang dalam
perjalanan ke alam baka. Ini terjadi pada masa berburu dan meramu makanan
tingkat lanjut.
- Sistem bahasa dan komunikasi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan
Sistem Bahasa Interaksi antar anggota
kelompok saat berburu menimbulkan sistem komunikasi dalam bentuk bunyi-mulut,
yakni dalam bentuk kata-kata atau gerakan badan yang sederhana. Perkembangan
komunikasi antaranggota kelompok maupun antar kelompok ini terus berkembang
pada masa hidupnya Homo sapien dalam bentuk bahasa.
Rumusan Masalah
Apakah ciri ciri perkembangan kehidupan di masa berburu dan mengumpulkan makanan??
Jawab :
Manusia
berburu dan meramu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dimana alat alat yang
dipergunakan masih berupa tulang benulang. kehidupannya nomaden maksudnya tidak
ada rumah tetap bilamana manusia diwilayah ia tinggali sudah tidak ada hewan
buruan maka ia akan pindah ketempat yang lebih aman dan banyak makanannya.
Intinya masa berburu itu ciri cirinya: hidupnya bergantung pada alam, berpindah
pindah, dan alat alat yang digunakan masih berupa tulang belulang.
Apakah perbedaan masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat sederhana dan tingkat lanjut??
Jawab :
Pada
masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, alat alat yang
digunakan manusia purba pada masa itu hanya berupa batu dan tulang belulang.
Namun pada Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, alat alat yang
digunakan manusia pada masa itu mulai berkembang seperti, ditemukan alat-alat
dari bambu yang dipakai untuk membuat keranjang, membuat api, membuat anyaman,
dan perkakas seperti kapak dsb.
Mengapa manusia
pada masa itu hidup secara berpindah pindah??
Jawab:
Karena pada masa itu, manusia hanya
bergantung pada alam. Mereka mengumpulkan makanan dan berburu yang tersedia di
alam. Apabila makanan dan buruan mulai habis atau tidak tersedia. Mereka akan
berpindah ketempat yang lain atau istilah kerennya Nomaden.
Dimanakah manusia
pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tinggal atau menetap??
Jawab:
Mereka hidup secara berkelompok.
Mereka tinggal diatas pohon-pohon besar
atau di dalam gua (cavemen).
Itulah tadi, Masa kehidupan manusia pada Masa Berburu dan mengumpulkan makanan. Kurang dan lebihnya mohon maaf gan :D
Kalo ada yg kurang dimengerti komeng aja :D nanti kita sama sama cari jawabannya karena saya juga baru belajar gan :D