Rabu, 27 Agustus 2014

Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan (Food Gathering and Hunting Period)




Masa berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering and hunting period) adalah masa dimana cara manusia purba mengumpulkan makanan-makanan yang dibutuhkan mereka untuk bertahan hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan yang tersedia dari alam (sungai, danau, laut, dan hutan-hutan yang ada di sekitar tempat bermukim mereka pada saat itu). Mereka hidup dengan cara berpindah pindah (nomaden).

Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, sungai memiliki peran yang penting, yaitu dengan cara menyusuri sungai mereka bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mencari makanan. Namun, pada masa ini belum dikenal alat pelayaran sungai.

Masa Berburu dan Mengumpulkan makanan terjadi pada masa Paleolithikum (zaman batu tua), yang berbarengan dengan kala Pleistosen yang terjadi sejak 2 juta tahun yang lalu. Masa berburu dan mengumpulkan makanan berlangsung selama 600.000 tahun

Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan mereka belum mengenal cara memasak makanan, karena mereka belum mengenal bagaimana menggunakan periuk belanga, yang dibuktikan dari peninggalan- peninggalan mereka. Untuk memasak makanan diperlukan api, namun kita belum mengetahui dengan pasti sejak kapan manusia praksara mulai menggunakan api dalam kehidupannya. Api mula-mula dikenal dari gejala alam, misalnya percikan gunung berapi, kebakaran hutan yang kering ditimbulkan oleh halilintar atau nyala api yang bersumber dari dalam bumi, karena mengandung gas. Secara lambat laun mereka dapat menyalakan api dengan cara menggosokkan batu dengan batu yang mengandung unsur besi, sehingga menimbulkan percikan api. Percikan-percikan api ditampung dengan semacam lumut kering, sehingga terjadi bara api.



Dalam masa prasejarah Indonesia, corak kehidupan dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering) dibagi menjadi dua masa, yaitu :
1.    Masa berburu dan mengumpulkan atau meramu makanan tingkat sederhana.
2.    Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut.


  •  Masa berburu dan mengumpulkan atau meramu makanan tingkat sederhana.


Pada awalnya manusia purba hidup di padang terbuka. Alam sekitarnya merupakan tempat mereka mencari makanan. Mereka hidup berkelompok, tinggal di gua-gua atau membuat tempat tinggal di atas pohon besar. Manusia yang tinggal di gua-gua dikenal sebagai cavemen (orang gua). Dengan demikian, mereka sangat bergantung pada kebaikan alam. Mereka cenderung pasif terhadap keadaan.

 Kehidupan di dalam gua-gua pada masa ini menghasilkan lukisan-lukisan pada dinding-dinding gua yang (kemungkinan besar) menggambarkan kehidupan sosial-ekonomi mereka. Lukisan-lukisan pada dinding gua lain berupa cap tangan, babi dan rusa dengan panah dibagian jantungnya, gambar binatang melata, dan gambar perahu. Lukisan dinding gua antara lain ditemukan di Sulawesi Selatan, Irian Jaya, Kepulauan Kei, dan Pulau Seram.

Keadaan Sosial Kondisi alam sangat berpengaruh terhadap sifat dan fisik makhluk hidup tanpa kecuali manusia. Pola kehidupan manusia yang primitif sangat menggantungkan hidupnya pada ketersediaan alam, di mana daerah-daerah yang didiami harus cukup untuk memenuhi kebutuhannya, untuk kelangsungan hidup terutama di daerah yang cukup persediaan air.

Temuan artefak pada Zaman Palaeolitikum menunjukkan bahwa manusia Pithecanthropus sudah mengenal perburuan dan menangkap hewan dengan cara yang sederhana. Hewan yang menjadi mangsa perburuan adalah hewan yang berukuran besar, seperti gajah, sapi, babi atau kerbau. Saat perburuan, tentu diperlukan adanya kerja sama antarindividu yang kemudian membentuk sebuah kelompok kecil. Hasil buruannya dibagikan kepada anggota-anggotanya secara rata.

Adanya keterikatan satu sama lain di dalam satu kelompok, yang laki-laki bertugas memburu hewan dan yang perempuan mengumpulkan makanan dan mengurus anak. Satu kelompok biasanya terdiri dari 10 – 15 orang. Pada masa ini, manusia tinggal di gua-gua yang tidak jauh dari air, tepi pantai dan tepi sungai. Penangkapan ikan menggunakan mata panah atau ujung tombak yang berukuran kecil. Temuan-temuan perkakas tersebut antara lain kapak Sumatera (Sumatralith), mata panah, serpih-bilah dan lancipan tulang Muduk. Ini menunjukkan adanya kegiatan perburuan hewan-hewan yang kecil dan tidak membutuhkan anggota kelompok yang banyak atau bahkan dilakukan oleh satu orang.

Dalam kehidupan berkelompok, satu kelompok hanya terdiri dari satu atau dua keluarga. Budaya dan alat yang dihasilkan Mereka mulai membuat alat-alat berburu, alat potong, pengeruk tanah, dan perkakas lain. Pola hidup berburu membentuk suatu kebutuhan akan pembuatan alat dan penggunaan api. Kebutuhan ini membentuk suatu budaya membuat alat-alat sederhana dari batu, kayu, tulang yang selanjutnya berkembang dengan munculnya suatu kepercayaan terhadap kekuatan alam. Diduga, alat-alat ini diciptakan oleh manusia pithecanthropus dari zaman Paleolitikum, misalnya alat-alat yang ditemukan di Pacitan.




  •  Masa berburu dan mengumpulkan makanan atau meramu makanan tingkat lanjut.


Menurut H.R. von Heekeren dan R.P. Soejono, serta Basuki yang melakukan penelitian tahun 1953-1954, kebudayaan Pacitan merupakan kebudayaan tertua di Indonesia. Pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut, ditemukan alat-alat dari bambu yang dipakai untuk membuat keranjang, membuat api, membuat anyaman dan pembakaran.
Selain di Pacitan, temuan sejenis terdapat pula di Jampang Kulon (Sukabumi), Gombong, Perigi, Tambang Sawah di Bengkulu, Lahat, Kalianda di Sumatera Selatan, Sembiran Trunyan di Bali, Wangka, Maumere di Flores, Timor-Timur (Timor Leste), Awang Bangkal di Kalimantan Timur, dan Cabbenge di Sulawesi selatan.

Hasil-hasil kebudayaan yang ditemukan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan antara lain:
§  Kapak perimbas : tidak memiliki tangkai dan digunakan dengan cara digenggam; diduga hasil kebudayaan Pithecanthropus Erectus. Kapak perimbas ditemukan pula di Pakistan, Myanmar, Malaysia, Cina, Thailand, Filipina, dan Vietnam.
§  Kapak penetak : bentuknya hampir sama dengan kapak perimbas, namun lebih besar dan masih kasar; berfungsi untuk membelah kayu, pohon, bambu; ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia.
§  Kapak genggam : bentuknya hampir sama dengan kapak perimbas dan penetak, namun bentuknya lebih kecil dan masih sederhana dan belum diasah; ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia; digenggam pada ujungnya yang lebih ramping.
§  Pahat genggam : bentuknya lebih kecil dari kapak genggam; berfungsi untuk menggemburkan tanah dan mencari ubiubian untuk dikonsumsi.
§  Alat serpih atau flake : bentuknya sangat sederhana; berukuran antara 10 hingga 20 cm; diduga digunakan sebagai pisau, gurdi, dan penusuk untuk mengupas, memotong, dan menggali tanah; banyak ditemukan di goa-goa yang pernah ditinggali manusia purba.
§  Alat-alat dari tulang : berupa tulang-belulang binatang buruan. Alat-alat tulang ini dapat berfungsi sebagai pisau, belati, mata tombak, mata panah; banyak ditemukan di Ngandong.





  •  Sistem Kepercayaan Masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan


Penemuan akan kuburan primitif merupakan bukti bahwa manusia berburu makanan ini telah memiliki kepercayaan yang bersifat rohani dan spiritual. Masyarakat zaman ini menganggap bahwa orang yang telah mati akan tetap hidup di dunia lain dan tetap mengawasi anggota keluarganya yang masih hidup.

Adanya penggunaan alat-alat berburu dari alam menimbulkan kepercayaan akan adanya kekuatan alam yang dianggap telah membantu keberhasilan berburu. Adanya seni lukis di gua-gua yang menceritakan tentang kejadian perburuan, patung dewi kesuburan dan penguburan mayat bersama alat-alat berburu, merupakan suatu bukti tentang adanya kepercayaan primitif masyarakat purba. Orang yang meninggal saat berburu harus diberi perhargaan dalam bentuk rasa penghormatan.

Temuan lukisan di dinding-dinding gua menunjukkan adanya hasrat manusia purba untuk merasakan suatu kekuatan yang melebihi kekuatan dirinya. Lukisan dibuat dalam bentuk cerita upacara penghormatan nenek moyang, upacara kesuburan, perkawinan, dan upacara minta hujan, seperti yang terdapat di Papua. Lukisan-lukisan lain yang ditemukan antara lain lukisan kadal di Pulau Seram yang menggambarkan penjelmaan roh nenek moyang, gambar manusia sebagai penolak roh-roh jahat, serta gambar perahu yang melambangkan perahu bagi roh nenek moyang dalam perjalanan ke alam baka. Ini terjadi pada masa berburu dan meramu makanan tingkat lanjut.


  •  Sistem bahasa dan komunikasi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan

Sistem Bahasa Interaksi antar anggota kelompok saat berburu menimbulkan sistem komunikasi dalam bentuk bunyi-mulut, yakni dalam bentuk kata-kata atau gerakan badan yang sederhana. Perkembangan komunikasi antaranggota kelompok maupun antar kelompok ini terus berkembang pada masa hidupnya Homo sapien dalam bentuk bahasa.

 

Rumusan Masalah

Apakah ciri ciri perkembangan kehidupan di masa berburu dan mengumpulkan makanan??

Jawab :
Manusia berburu dan meramu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dimana alat alat yang dipergunakan masih berupa tulang benulang. kehidupannya nomaden maksudnya tidak ada rumah tetap bilamana manusia diwilayah ia tinggali sudah tidak ada hewan buruan maka ia akan pindah ketempat yang lebih aman dan banyak makanannya. Intinya masa berburu itu ciri cirinya: hidupnya bergantung pada alam, berpindah pindah, dan alat alat yang digunakan masih berupa tulang belulang.

Apakah perbedaan masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana dan tingkat lanjut??
Jawab :
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, alat alat yang digunakan manusia purba pada masa itu hanya berupa batu dan tulang belulang. Namun pada Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, alat alat yang digunakan manusia pada masa itu mulai berkembang seperti, ditemukan alat-alat dari bambu yang dipakai untuk membuat keranjang, membuat api, membuat anyaman, dan perkakas seperti kapak dsb.

Mengapa manusia pada masa itu hidup secara berpindah pindah??
Jawab:
          Karena pada masa itu, manusia hanya bergantung pada alam. Mereka mengumpulkan makanan dan berburu yang tersedia di alam. Apabila makanan dan buruan mulai habis atau tidak tersedia. Mereka akan berpindah ketempat yang lain atau istilah kerennya Nomaden.

Dimanakah manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tinggal atau menetap??
Jawab:
          Mereka hidup secara berkelompok. Mereka tinggal diatas pohon-pohon besar  atau di dalam gua (cavemen).


Itulah tadi, Masa kehidupan manusia pada Masa Berburu dan mengumpulkan makanan.  Kurang dan lebihnya mohon maaf gan :D 
Kalo ada yg kurang dimengerti komeng aja :D nanti kita sama sama cari jawabannya karena saya juga baru belajar gan :D